Senin, 02 Desember 2013

Apa artinya sebuah Pela?

Pela yaitu sebuah aliansi yang dapat terbentuk antara desa-desa di Maluku dan yang membawa sebuah sistem hak dan kewajiban tersendiri- dianggap sebagai ciri khas budaya Maluku (walaupun ada beberapa daerah di Maluku yang tidak mengenal sistem tersebut). Sama halnya di Belanda, banyak orang-orang Maluku yang melihat pela sebagai pilar dari identitas mereka.

Di masa lalu, aliansi pela terbentuk ketika desa-desa saling mendukung satu sama lain pada masa perang atau ketika terdapat acara-acara khusus yang menghasilkan pembentukan pela. Desa-desa dengan latar belakang agama yang berbeda juga dapat saling membentuk pela. Aturan aliansi ini –yaitu saling membantu dan menghormati- berlaku bagi semua penduduk desa yang tergabung. Contoh larangan yang sering ada ialah perkawinan sesama pela. Jika anda pela, anda tidak dapat menikah sesama pela lainnya. Orang-orang Maluku di Belanda, pada umumnya masih menghormati tradisi pela. Jika anda adalah pela dengan satu sama lain, hubungan tersebut dirasakan sebagai ikatan keluara. Dengan demikian anda saling membantu dan mendukung.

Di Maluku sendiri, terdapat pertemuan rutin yang sering disebut ‘Panas Pela’. Secara harifiah ini berarti: pemanasan pela. Melalui pertemuan seremonial seperti ini, aliansi pela yang umurnya kadang-kadang mencapai 100 tahun, diperbaharui. Kontak antar sesama, sesuai arti harafiahnya, dijaga dengan hangat.

Jaman sekarang, biasanya orang-orang melihat Maluku pada pela dan tradisi lainnya sebagai sarana untuk membantu penduduknya untuk hidup secara harmonis setelah adanya kekerasan beberapa tahun terakhir ini.

Pantai Ngurbloat - Maluku Tenggara


Pantai Ngurbloat yang terletak di Desa Ngilngof di bagian barat Pulau Kei Kecil dan berjarak sekitar 20 kilometer dari Tual, ibukota Kabupaten Maluku Tenggara. Daerah Pantai Ngurbloat dapat dicapai dengan menggunakan mobil sewaan ataupun angkutan umum yang berpangkalan di Pasar Ohoijang, Langgur. Perjalanan dari Tual ke Pantai Ngurbloat ditempuh sekitar satu jam. Tanah di daerah Pulau Kei Kecil yang berupa batu karang menyebabkan hanya tanaman jenis tertentu yang dapat tumbuh disana. Jarang sekali ditemukan pohon-pohon besar dan rimbun. Untuk ke Maluku Tenggara sendiri, wisatawan dapat menggunakan pesawat ataupun kapal laut dari Kota Ambon. Perjalanan dari Bandara Pattimura, Ambon, menuju bandara Dumatubun di Langgur ditempuh sekitar 1,5 jam dengan menggunakan pesawat berbadan kecil. Hampir setiap hari terdapat penerbangan dari Kota Ambon menuju Langgur dengan maskapai yang berbeda-beda.


Pantai Ngurbloat yang mempunyai arti “Pantai Pasir Panjang” sudah menjadi salah satu pantai yang menjadi tempat wisata utama di Maluku Tenggara. Sesuai dengan artinya, pantai pasir putih ini memanjang hingga tiga kilometer. Keistimewaan Pantai Ngurbloat adalah pasir pantainya. Selain bentangan pasir pantai yang sangat luas, warna pasir pantai Ngurbloat putih cerah dan memiliki tekstur yang sangat lembut dan halus. Kondisi itulah yang membedakan Ngurbloat dengan pantai lainnya. Dalam kondisi mendung pun, pasir pantai tetap terlihat berkilau dan cukup menyilaukan mata. Kelembutan pasir yang ada di Pantai Ngurbloat konon diyakini masyarakat hanya dapat ditandingi oleh kelembutan tepung.

Saat memasuki areal pantai yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari jalan raya Desa Ngilngof, para wisatawan akan disambut oleh lambaian pohon kelapa yang menjulang tinggi. Namun, hati-hati saat menapaki jalan pantai, terutama bila musim hujan. Jalan masuk menuju pantai yang terbuat dari batu karang sangat licin. Hamparan luas pasir putih di Ngurbloat itu sangat menyenangkan bagi mereka yang senang berjalan-jalan dan bermain di pinggir pantai. Bagi yang hobi berolahraga, Ngurbloat cocok untuk tempat bermain voli pantai, sepak bola, atau lari pagi.

Tanah di Pulau Kei Kecil yang berupa batu karang menyebabkan hanya tanaman jenis tertentu yang dapat tumbuh di sana. Jarang sekali ditemukan pohon–pohon besar dan rimbun. Untuk ke Maluku Tenggara sendiri, wisatawan dapat menggunakan pesawat terbang ataupun kapal laut dari Ambon. Perjalanan dari Bandar Udara Pattimura, Ambon, menuju Bandar Udara Dumatubun di Langgur ditempuh sekitar 1,5 jam dengan menggunakan pesawat berbadan kecil.




Gayatri Menguasai 13 Bahasa


Gayatri Wailissa, seorang remaja putri kelahiran Ambon, Maluku, dari pasangan Deddy Darwis Wailissa dan Nurul Idawaty. Anak cerdas dan berbakat ini menunjukkan bahwa siapapun dapat maju. Seperti dirinya yang datang dari keluarga sederhana. Ayahnya hanyalah seorang pengrajin kaligrafi kaki lima sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Di usianya yang baru 16 tahun Gayatri telah mampu berkomunikasi dalam 13 bahasa asing. Segudang prestasi pun pernah dia raih, mulai dari level nasional hingga internasional.

Ketertarikan Gayatri dalam mempelajari berbagai bahasa bermula saat Ia sedang menonton kartun berbahasa Inggris saat berusia 10 tahun. Karena tidak mengerti apa yang diucapkan dalam kartun itu, Gayatri merasa penasaran dan tertarik untuk belajar bahasa Inggris. Menurut Gayatri, Ia tak pernah menempuh sebuah kursus untuk menguasai sebuah bahasa. Ia hanya belajar melalui buku, flm dan musik. Ia juga punya kebiasaan unik berbicara dalam bahasa asing di depan cermin guna memperlancar kemampuan berbahasanya. Hingga saat ini Gayatri telah menguasai 13 bahasa asing meliputi bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, India, Rusia dan Thailand.

Selain kemampuannya dalam bidang bahasa, Gayatri juga memiliki bakat dan prestasi dalam banyak bidang lain. Di waktu luangnya, Gayatri aktif diberbagi bidang diantaranya adalah instruktur teater, penyiar radio, penerjemah bahasa, dan bahkan menulis berbagai karya sastra. Ia juga pernah meraih medali perunggu dalam Olimpiade Sains Astronomi 2012. Tidak hanya itu Ia juga menjadi wakil Indonesia untuk Duta Anak tingkat ASEAN. Ia bahkan menjadi delegasi tunggal (anak) Indonesia yang mewakili Konferensi ASEAN tahun 2012 di Thailand dan delegasi tunggal (anak) Indonesia dalam konferensi ASIA-Pasifik tahun 2013 di Nepal. Di konferensi tersebut, Gayatri kerap mempresentasikan isu-isu dan solusi terkait permasalahan anak.

Ada pengalaman unik saat Gayatri mewakili Indonesia dalam Convention on the Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN di Thailand. Dalam forum tersebut kebanyakan pesertanya hanya menggunakan bahasa asalnya saat berbicara. Melihat keadaan ini Gayatri lalu menwarkan diri untuk menjadi penerjemah bagi anak-anak yang lain. Berkat aksinya ini kemampuan Gayatri dalam berbahasa mendapat apresiasi dari peserta lain dan Ia mendapatkan gelar doktor.

Berkat kemampuannya berbahas asing dan berbagai prestasinya, Gayatri mendapat banyak tawaran beasiswa untuk belajar di luar negeri. Ia juga mendapatkan berbagai tawaran untuk bekerja di beberapa organisasi dunia termasuk PBB. Hanya saja sampai saat ini Ia belum memutuskan kemana Ia akan melanjutkan masa depannya. Yang jelas Ia berharap dimasa depan Ia akan bisa menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa ini.

Ada sebuah petikan kata-kata Gayatri yang sangat berkesan bagi Saya “tidaklah penting siapa kita, yang terpenting adalah apa yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan apa yang mampu kita perbuat”. Saya berharap akan ada lebih banyak Gayatri-Gayatri lain yang terus bermunculan di negeri ini. Dan semoga generasi baru ini bisa membawa perubahan pada negara kita, Indonesia, menuju kearah yang lebih baik.

Misteri Kupu - Kupu Raksasa (Pulau Seram)

Misteri Kupu - Kupu Raksasa (Pulau Seram)

24 tahun silam, Pulau Seram sempat menjadi perhatian ilmuan internasional sebagai pusat laboratorium alam. Terbukti dengan berlangsungnya serangkaian penelitian pada tahun 1987 yang dilakukan oleh ilmuan dan tentara inggris guna menguak mitos kupu-kupu rakasa dikawasan hutan tropis.

Operation Raliegh adalah sebuah nama dari rangkaian penelitian tersebut. Misi utamanya tidak lain mendokumentasikan berbagai hal tentang flora dan fauna di areal hutan lumut dan batuan karts. Tidak hanya itu saja fokus penelitian ini hanya daerah yang masih perawan hutannya.

Pada kenyataannya penelitian ini berhasil menemukan apa yang mereka cari. Penelitian yang berlangsung selama empat tahun sampai membangun camp di ketinggian 1392 diatas permukaan laut dengan tipografi kemiringan 75 derajat. Menurut cerita, lokasi mereka menemukan kupu-kupu yang dimaksud, namun bukti otentik mengenai penelitian ini tidak jelas keberadaannya.

Oman (37) dari desa Manusela bercerita ketika dirinya dulu ikut penelitian ini, mereka memang menemukan kupu-kupu raja. Tapi beta seng lihat aslinya, cuma lihat dibukunya saja itupun foto copy, jadi gambar tidak jelas.  

Camp ini dimanfaatkan sebagai pusat penelitian terhadap Fauna jenis kupu-kupu, masyarakat setempat menyebut camp ini sebagai lapangan Inggris. Mereka hanya menemukan 90 jenis kupu-kupu yang ada di hutan ini, dua diantaranya adalah jenis kupu-kupu endemik Pulau Seram, yaitu Epimastidia staudingeri dan Hypochrysops dolechallii.  

Menurut cerita masyarakat setempat, kupu-kupu raksasa atau biasa di kenal kupu-kupu raja akan hadir pada waktu tertentu saja. Yakni jika ada pendaki yang tidak melakukan prosesi adat dari penduduk desa maka kupu-kupu tersebut akan muncul untuk menghalangi pandangan dengan sayapnya yang besar ketika si pendaki tersebut berjalan. Selain itu fauna jenis ini juga muncul pada bulan-bulan tertentu dan hanya orang yang memiliki kempauan khusus yang bisa melihatnya. 

Entah benar atau tidak tidak ada yang tahu, masyarakat yang tinggal di kawasan Taman nasional Manusela pun tidak pernah melihatnya. Hanya dokumentasi dari Operation Raliegh yang bisa diandalkan sebagai bukti terakhir, mengenai keberadaan buku tersebut juga tidak ada yang tahu dimana rimbanya. Hanya para mereka saja yang bisa menjawab benar atau tidaknya keberadaan kupu-kupu raja.

Pantai Jikumerasa (Namlea)

Obyek wisata pantai yang terkenal salah satunya di Namlea adalah Pantai Jikumerasa. Tempatnya menyuguhkan pesona alam pantai untuk semua orang yang mau melepaskan kepenatan rutinitas kerja. Dengan jarak tempuh 1 jam perjalanan dari kota, berada di Kecamatan Namlea, membuat pantai Jikumerasa salah satu tempat favorit liburan di Kabupaten Buru.

Pantai Jikumerasa selalu penuh disaat akhir pekan, jikalau menginginkan ketenangan pantai maka datanglah pada hari kerja, disitu seolah-olah pantai pribadi.

Untuk masuk ke dalam pantai tidak dipungut biaya sepeserpun, terheran juga bagaimana mungkin pantai seindah ini tidak dikelola dengan baik oleh pemerintah sehingga tidak dipungut biaya. Jikumerasa masih dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat, sayang sekali padahal pariwisata ini sangat indah dan pastinya bisa menghasilkan banyak devisa bagi Kabupaten Buru.

Disana kita bisa melihat pasir putih yang membentang serta ombak tenang dengan langit biru yang tenang, membuat hati riang saat menikmatinya. Permukaan laut sangat jernih, tidak sedikit yang datang ke pantai hanya duduk di bibir pantai dan mencelupkan kaki sambil mengintip dasar laut.

Bila ingin snorkling bisa dilakukan juga di pantai ini, tapi sayangnya tidak ada tempat penyewaan alat-alat snorkling sehingga semua pengunjung harus membawa sendiri peralatannya. Penduduk lokal ada disekitar pantai dan siap membantu pengunjung.
Wisata alam lautnya tersaji seperti sebuah lukisan alam yang disertai desiran ombak, benar-benar kesegaran tersendiri bagi para pecinta pantai dan surfing.

Jangan lewatkan salah satu pesona Pantai Jikumerasa adalah saat-saat dimana matahari mulai tenggelam di balik bukit yang mengitari pesisir pantai, pemandangan ini menjadi magnet yang membuat pengunjung teringat akan Jikumerasa. Benar-benar menjanjikan sebuah surga bagi mereka yang menyukai pesona wisata pantai.

Mahkota Berambut (Ternate)

Mahkota Berambut (Ternate)

Sebagai Kota Heritage, Ternate memiliki karakteristik sebagai kota Tua yang penuh dengan lika liku perjalanan sejarah panjangnya. Hal ini ditandai dengan adanya peninggalan situs bersejarah, seperti Keraton Kesultanan Ternate (1673), Masjid Sultan Ternate (1679), serta Benteng-benteng peninggalan Portugis benteng Kastela/Nosa Senhora de Rosario, Benteng Orange, Benteng Tolluko, Benteng Kalamata dll) yang hingga kini masih terjaga dengan baik. Di usianya yang telah mencapai 7 abad ini pantaslah Ternate (di zamannya kolonial) menjadi rebutan karena merupakan daerah penghasil rempah-rempah, salah satu bukti sejarah yang hingga kini dijadikan sebagai kawasan wisata agro adalah Cengkeh Afo (cengkeh tertua).
Disamping keelokan sejarah panjangnya yang mendunia tersebut, ada satu keunikan dari tanah moluku kieraha yang pantas untuk diangkat dan diketahui oleh kita sebagai generasi yang memiki kepedulian terhadap budaya bangsa. Yup! Hal yang saya maksud tersebut adalah peninggalan bersejarah berupa mahkota agung sultan ternate.
Mahkota Berambut (Ternate)
Tak banyak referensi tertulis yang menjelaskan kapan dan dari mana mahkota ini berasal dan dibuat, namun keberadaannya menurut beberapa kalangan sudah ada sejak kepemimpinan raja ternate yang pertama Kolano Cico alias Masyhur Malamo (1257), hingga kini sultan ternate yang ke 48 (Sri Sultan Mudaffar Syah II) pusaka kesultanan tersebut masih terawat dan dijaga dengan baik oleh pihak keraton.
Mahkota Berambut (Ternate)

Danau Tolire (Maluku Utara - Ternate)

Danau Tolire berada di bawah kaki Gunung Gamalama, Ternate, Maluku Utara, Banyak sekali misteri yang tersimpan di danau ini, dan belum ada penjelasan ilmiah dari fenomena tersebut. Jika Anda hobi jalan - jalan atau berwisata, tidak ada salahnya Anda mengunjugi danau ini.
Danau Tolire
Danau Tolire berada di bawah kaki Gunung Gamalama, gunung api tertinggi di Maluku Utara. Danau itu sendiri terdiri dari dua buah. Masyarakat setempat menyebutnya Danau Tolire Besar dan Danau Tolire Kecil. Jarak antara keduanya hanya sekitar 200 meter.
Dari kedua danau ini, Danau Tolire Besar memiliki keunikan tersendiri. Danau ini menyerupai loyang raksasa. Dari pinggir atas hingga ke permukaan air danau dengan kedalaman sekitar 50 meter dan luas sekitar 5 hektar. Sementara kedalaman danau itu sendiri hingga kini tidak diketahui. Sampai saat ini belum ada yang mengukur kedalaman danau ini. Tetapi menurut cerita leluhur, kedalamannya berkilo-kilo meter dan berhubungan langsung dengan laut.

Danau Tolire Besar ber-air tawar dengan berbagai macam ikan hidup di situ. Namun, warga masyarakat setempat tidak ada yang berani menangkap ikan atau mandi di danau itu. Mereka meyakini bahwa danau yang airnya berwarna coklat kekuning-kuningan itu, dihuni oleh banyak buaya siluman. Hingga kini, kebenaran akan cerita tersebut masih menjadi misteri.

Keunikan lain dari danau ini adalah kalau melempar sesuatu ke danau, bagaimana pun kuatnya lemparan dengan menggunakan batu atau benda lain, misalnya, tidak akan pernah menyentuh air danau. Padahal saat melempar dari pinggir atas danau, air danau terlihat berada di bawah kaki si pelempar. Barangkali mereka yang pertama kali berkunjung ke danau itu, tidak akan percaya dengan fakta itu. Ini cerita misteri lain dari danau tersebut.
Danau Tolire
Namun, mereka boleh mencoba melemparnya setelah membeli batu yang banyak dijual di pinggir danau. Sejauh ini tidak seorang pun mampu melemparkan batu-batu itu hingga menyentuh permukaan air danau. Aneh bukan? 
Menurut warga masyarakat setempat, banyak harta karun tersimpan di dasar Danau Tolire Besar. Harta karun ini milik masyarakat Kesultanan Ternate saat Portugis menjajah Ternate abad ke-15. Masyarakat Ternate saat itu banyak membuang hartanya yang berharga ke dalam danau agar tak dirampas tentara Portugis.

Sejauh ini belum ada instansi atau pihak tertentu yang melakukan penyelidikan secara khusus atas kebenaran pengakuan masyarakat itu. Namun beberapa waktu lalu, seorang anggota Brimob dengan menggunakan sonar mendeteksi benda-benda yang ada di dasar danau. Hasilnya, terindikasi ada benda-benda logam ‘bersemayam’ di dasar danau itu.
Danau Tolire Besar dan Tolire Kecil, menurut cerita masyarakat setempat, dulunya adalah sebuah kampung yang masyarakatnya hidup sejahtera. Kampung ini kemudian dikutuk menjadi danau oleh penguasa alam semesta, karena salah seorang ayah di kampung itu menghamili anak gadisnya sendiri.
Danau TolireSaat ayah dan anak gadisnya yang dihamilinya itu akan melarikan diri ke luar kampung, tiba-tiba tanah tempat mereka berdiri anjlok dan berubah menjadi danau. Danau Tolire Besar dipercaya sebagai tempat si ayah. Sedangkan Danau Tolire Kecil diyakini sebagai tempat si gadis.
Untuk mengunjungi Danau Tolire Besar dan Tolire Kecil, tidaklah sulit. Untuk mencapai tempat itu hanya dibutuhkan waktu sekitar 10 menit dari pusat kota Ternate, dengan menggunakan mobil carteran, atau menyewa ojek sepeda motor dengan tarif puluhan ribu per jam.
Saat mengunjungi Danau Tolire Besar, banyak objek wisata lainnya yang bisa dinikmati, seperti keindahan panorama puncak Gunung Gamalama, sejumlah benteng peninggalan Portugis dan makan Sultan Babullah, Sultan Ternate yang paling terkenal - yang terdapat di jalan menuju danau tersebut.

Selain itu, ‘kita’ dapat pula menikmati keindahan pasir putih Pantai Sulamadaha, yang terletak hanya sekitar tiga kilomerer dari Danau Tolire Besar. Dari sini, pengunjung juga bisa menyewa perahu untuk memancing ikan atau pergi menyelam menyaksikan keindahan panaroma bawah laut di sekitar pantai itu.

Yang Unik dari Danau Ini adalah :
- Bentuknya : Seperti loyang raksasa
- Masyarakat tidak ada yang berani menangkap ikan atau mandi di danau itu.
- Konon danau Tolire dihuni banyak buaya siluman
- Bila melempar sesuatu ke danau, lemparan tersebut tidak akan pernah menyentuh air danau.
- Banyak harta karun tersimpan di Danau Tolire Besar. Harta karun ini milik masyarakat Kesultanan Ternate saat Portugis menjajah Ternate abad ke-15. Masyarakat Ternate saat itu banyak membuang hartanya yang berharga ke dalam danau agar tak dirampas tentara Portugis.