Pela yaitu sebuah aliansi yang dapat terbentuk antara desa-desa di Maluku
dan yang membawa sebuah sistem hak dan kewajiban tersendiri- dianggap
sebagai ciri khas budaya Maluku (walaupun ada beberapa daerah di Maluku
yang tidak mengenal sistem tersebut). Sama halnya di Belanda, banyak
orang-orang Maluku yang melihat pela sebagai pilar dari identitas
mereka.
Di masa lalu, aliansi pela terbentuk ketika desa-desa saling mendukung satu sama lain pada masa perang atau ketika terdapat acara-acara khusus yang menghasilkan pembentukan pela. Desa-desa dengan latar belakang agama yang berbeda juga dapat saling membentuk pela. Aturan aliansi ini –yaitu saling membantu dan menghormati- berlaku bagi semua penduduk desa yang tergabung. Contoh larangan yang sering ada ialah perkawinan sesama pela. Jika anda pela, anda tidak dapat menikah sesama pela lainnya. Orang-orang Maluku di Belanda, pada umumnya masih menghormati tradisi pela. Jika anda adalah pela dengan satu sama lain, hubungan tersebut dirasakan sebagai ikatan keluara. Dengan demikian anda saling membantu dan mendukung.
Di Maluku sendiri, terdapat pertemuan rutin yang sering disebut ‘Panas Pela’. Secara harifiah ini berarti: pemanasan pela. Melalui pertemuan seremonial seperti ini, aliansi pela yang umurnya kadang-kadang mencapai 100 tahun, diperbaharui. Kontak antar sesama, sesuai arti harafiahnya, dijaga dengan hangat.
Jaman sekarang, biasanya orang-orang melihat Maluku pada pela dan tradisi lainnya sebagai sarana untuk membantu penduduknya untuk hidup secara harmonis setelah adanya kekerasan beberapa tahun terakhir ini.
Di masa lalu, aliansi pela terbentuk ketika desa-desa saling mendukung satu sama lain pada masa perang atau ketika terdapat acara-acara khusus yang menghasilkan pembentukan pela. Desa-desa dengan latar belakang agama yang berbeda juga dapat saling membentuk pela. Aturan aliansi ini –yaitu saling membantu dan menghormati- berlaku bagi semua penduduk desa yang tergabung. Contoh larangan yang sering ada ialah perkawinan sesama pela. Jika anda pela, anda tidak dapat menikah sesama pela lainnya. Orang-orang Maluku di Belanda, pada umumnya masih menghormati tradisi pela. Jika anda adalah pela dengan satu sama lain, hubungan tersebut dirasakan sebagai ikatan keluara. Dengan demikian anda saling membantu dan mendukung.
Di Maluku sendiri, terdapat pertemuan rutin yang sering disebut ‘Panas Pela’. Secara harifiah ini berarti: pemanasan pela. Melalui pertemuan seremonial seperti ini, aliansi pela yang umurnya kadang-kadang mencapai 100 tahun, diperbaharui. Kontak antar sesama, sesuai arti harafiahnya, dijaga dengan hangat.
Jaman sekarang, biasanya orang-orang melihat Maluku pada pela dan tradisi lainnya sebagai sarana untuk membantu penduduknya untuk hidup secara harmonis setelah adanya kekerasan beberapa tahun terakhir ini.